Beliau telah menukil perkataan yang panjang dari (kitab) Ghayatul Amaani jilid 2 hai. 370-371 tentang pendapat para ulama seputar Al Ghazali dan kitab Ihya-nya, kemudian ia berkata seraya menerangkan kesalahan-kesalahannya:
Kritikan kepada Abu Hamid dan penjelasan tentang apa yang dikritik tidaklah cukup untuk diutarakan di sini dan apa yang telah kami sebutkan di atas sudah cukup untuk maksud tersebut.
Di antara hal yang membuatku heran adalah adanya orang-orang bodoh mengaku bahwa dirinya memiliki ilmu dan kebaikan, padahal dia tidak memiliki keduanya. la mengenakan pakaian seperti yang dikenakan oleh orang-orang yang memiliki dua keutamaan tersebut, melilitkan sorbannya dan menyisir jenggotnya. (Kemudian Al Alusi melantunkan sebuah bait sya'ir yang berbunyi:
Orang jahil menyangka bahwa
orang itu sebagai Seorang syaikh
yang duduk di atas kursi dengan ..
sorban yang ia pakai.
Sungguh buku tersebut benar-benar diminati oleh orang-orang awam karena di dalamnya berisi cerita-cerita dusta dan dugaan-dugaan. Ia melihat bahwasanya tidak ada seorang pun dari mereka (orang-orang awam) yang menentang dirinya akan hal tersebut. Maka ia tidak jauh berbeda dengan orang yang berbicara semaunya di antara kuburan-kuburan. Sehingga terbayang olehnya bahwa dialah yang termasuk dari ulama-ulama di dunia ini dan ia tidak mengetahui bahwasanya ia lebih bodoh dari bayi yang baru berumur 3 hari.
Sungguh ia (Al Ghazali) menyebut (kitab) Al Ihya sambil memujinya dengan pujian yang indah dan menyanjungnya dengan semua sanjungan-sanjungan yang terlintas dalam fikirannya.
Maka aku katakan kepadanya: Sesungguhnya dalam kitabnya itu terdapat hadits-hadits palsu dan masalah-masalah filsafat yang telah keluar dari syari'at dan pemikiran-pemikiran yang benar-benar menyalahi sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Atas dasar itulah maka para ahli ilmu yang terpercaya dalam keilmuan mereka tidak menganggap keberadaan kitab tersebut, sehingga di antara mereka ada yang menulis suatu kitab yang menjelaskan hadits-hadits yang ada di dalamnya.
Lalu ia memandangku dengan sinis. Hampir saja ruhnya berpisah dari badan karenanya Kemudian ia berkata, "Bagaimana engkau bisa mengatakan perkataan ini padahal Al Allamah Az Zabiidi telah menjelaskannya (mensyarahkannya), mentakhrij hadits-haditsnya dan menerangkan rahasia-rahasianya?"
Maka aku berkata kepadanya: Sesungguhnya Az Zabiidi tidak termasuk orang yang ahli di bidang ini. Bukan pula orang yang mumpuni dalam masalah ini dan dia hanyalah orang yang memiliki sedikit pengetahuan tentang bahasa dan sebagian ilmu-ilmu Arab. Perkataan orang yang seperti dia dalam masalah jarh (menjelaskan keburukan) dan ta'dil (menjelaskan kebaikan) tidak dapat diperhitungkan. la termasuk dari para penyembah kubur yang melampaui batas, yang menyeru kepada bid'ah-bid'ah mereka. Ketika ia mendengar apa yang menyelisihinya maka ia berpaling dan menjauh.
Ia pun tidak memperhatikan dan mendengarkan apa yang aku katakan, maka akupun berkata:
Aku harus mengukir beberapa bait syair
dari hal-hal yang berharga
namun bukan salahku
apabila ada sapi yang tidak dapat memahaminya
Perkataan yang benar itu sekarang terasa berat untuk didengarkan terutama oleh orang-orang yang menyimpang dan ahli bid'ah. Maka wajib bagi orang yang bijak untuk menyesuaikan diri dengan kebenaran dan mengikuti kebenaran tersebut.
Kamis, 19 Agustus 2010
PERKATAAN MAHMUD SYUKRI AL-ALUSI (1342 H) TENTANG KITAB IHYA ULUMUDDIN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar