Kamis, 19 Agustus 2010

PERKATAAN ABU BAKAR IBNU ARABI (543 H ) TENTANG KITAB IHYA ULUMUDDIN

Adz Dzahabi berkata dalam As Siyar juz 19 hal 337: Di dalam Al Ihya terdapat (pembahasan) tentang tawakal yang tertulis (sebagai berikut),

"Dan setiap apa yang ditetapkan Allah atas hamba-hamba-Nya berupa rizki, ajal, iman dan kufur, semua itu merupakan keadilan yangmurni dari Allah, tidak ada yang lebih baik dan lebih sempurna dari hal itu. Seandainya ada (yang lebih baik dan lebih sempurna dari hal itu) dan Allah menyembunyikannya, padahal Dia mampu (untuk melakukannya) tetapi Dia tidak melakukannya, maka sungguh hal itu adalah sebuah kebakhilan dan kezhaliman (penganiayaan)."

Abu Bakar Ibnul 'Arabi berkata dalam (kitab) Syarhul Asmail Husna:

Syaikh kami Abu Hamid telah mengatakan perkataan yang besar sehingga para ulama mengkritiknya, ia (Al Ghazali) berkata, "Tidak ada yang lebih indah dalam qudrah (kemampuan) Allah daripada (terciptanya) alam ini dalam hal kekokohan dan keindahannya. Andaikan dalam qudrah-Nya ada yang lebih indah atau lebih kokoh dari alam ini namun Dia tidak melakukannya, maka hal tersebut menghilangkan sifat kemurahan yang Ia miliki, dan itu adalah mustahil."

Kemudian ia (Ibnul 'Arabi) berkata:

Tanggapan dari pernyataan tersebut adalah bahwa ia (Al Ghazali) telah jauh dari keyakinan terhadap qudrah yang dipahami secara umum dan ia membantah penentuan taqdir dan hal-hal yang berhubungan dengannya yang telah selesai pembahasannya, hanya saja takdir tersebut telah selesai pembahasannya pada tema seputar alam ini saja, bukan dalam selainnya.

Pernyataan Al Ghazali di atas adalah pendapat para ahli filsafat yang dimaksudkan untuk membolak-balikan fakta, sebagaimana pemikiran mereka yang mengatakan bahwa kesempurnaan adalah sebuah hasil dari proses kehidupan dan keberadaan adalah hasil dari proses mendengar dan melihat, sehingga hati manusia menjadi sulit untuk menemukan kebenaran.

Umat telah bersepakat untuk menyelisihi keyakinan di atas (dan mereka menyatakan), "Sesungguhnnya apa-apa yang telah ditaqdirkan itu tidaklah memiliki akhir, bagi setiap yang ditakdirkan memiliki keberadaan (wujud) dan tidaklah setiap hasil itu memiliki keberadaan (wujud), karena al qudrah itu selalu tepat."

Kemudian ia (Ibnul 'Arabi) melanjutkan: Pendapat seperti ini (pendapat Al Ghazali) tidak pernah dibenarkan oleh Allah dan harus dihilangkan.

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar