MAKNA ‘ID ( HARI RAYA )
Secara bahasa Id berarti setiap hari yang didalamnya terdapat perkumpulan. Ibnul A’rabi mengatakan,” Id dinamakan dengan nama tersebut karena setiap tahun ia selalu kembali dengan kegembiraan yang baru.” ( lisanul Arab 3/319). Sedangkan pengertian dari hari Idul fitri adalah hari dimana manusia sudah diperbolehkan untuk makan pada siang hari sedangkan hari Idul Adha adalah hari dimana manusia menyembelih pada hari itu.
Ini sesuai dengan hadits yang disampaikan oleh Abu Hurairah, Nabi bersabda,” Hari Raya Idul fitrimu adalah hari kamu berbuka (Ifthar) dan hari Idhul Adhamu adalah hari kamu berkurban.”(Hr. Abu Dawud, Ad-Daruqutni, Al-Baihaqi). Selanjutnya Nabi juga bersabda,” Hari raya Idul Fitri adalah hari orang-orang sama berbuka. Dan hari raya Idul Adha adalah hari orang-orang sama berkurban.” (Hr. Tirmizi). Jadi adanya pendapat sebagian orang yang mengatakan pengertian Idul Fitri adalah kembali ke Fitrah (suci ) adalah suatu pengertian yang salah dan menyelisihi hadits Rasulullah.
HUKUM SHALAT ID
Berkata syakhul Islam Ibnu Taimiyah,” kami menguatkan pendapat bahwa shalat Id hukumnya wajib bagi setiap individu (fardlu ‘ain) sebagaimana ucapan Abu Hanifah dan selainnya. Hal ini juga salah satu pendapatnya Imam Syafi’i dan salah satu dari dua pendapat dari mazhab Imam Ahmad. (Majmu Fatawa 23/161)
Berkata Al-Allamah Asy-Syaukani,” diantara dalil yang menunjukkan wajibnya shalat Id adalah shalat Id dapat menggugurkan kewajiban shalat jum’at apabila bertepatan jatuhnya (pada hari jum’at) karena sesuatu yang tidak wajib tidak mungkin menggugurkan sesuatu yang wajib.” (Sailul Jarar 1/315)
KAPAN DISUNNAHKAN MAKAN PADA HARI ID?
Dari Buraidah Radhiallahu ‘anhu ia berkata,” Nabi tidak keluar pada hari Idul fitri hingga beliau makan. Sedang pada hari raya Idul Adha beliau tidak makan hingga kembali dari tanah lapang, lalu beliau makan dari sembelihannya.” (Hr.Tirmizi, Ibun Majah, Ad-Darimi dan Ahmad dengan sanad yang hasan)
MANDI SEBELUM SHALAT ID
Berkata Imam Ibnu Qudamah,” disunnahkan untuk bersuci dengan mandi pada hari raya. Ibnu Umar biasa mandi pada hari raya Idul Fitri dan diriwayatkan yang demikian dari Ali Radhiallahu ‘anhu. Dengan inilah Alqamah berpendapat juga ‘Urwah, ‘Atha’, An-Nakha’I, Asy-Sya’bi, Al-Qatadah, Abuz Zinad, Malik, Asy-Syafi’I, dan Ibnul Mundzir.” (Al-Mughni 2/370)
BERPENAMPILAN INDAH PADA HARI ID
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma ia berkata,” Umar mengambil jubah dari sutera tebal yang dijual di pasar, lalu ia datang kepada Rasulullah dan berkata, ya Rasulullah, belilah jubah ini agar engkau dapat berdandan dengannya pada hari raya dan saat menerima utusan. Rasulullah bersabda kepada Umar: ini adalah pakaian orang yang tidak mendapat bahagian (di akhirat – penj). Maka Umar tinggal sepanjang waktu yang Allah inginkan. Kemudian Rasulullah mengirimkan kepadanya jubah dari sutera.
Umar menerimanya lalu mendatangi Rasulullah. Ia berkata: ya Rasulullah, engkau pernah mengatakan ini adalah pakaian orang yang tidak mendapat kebahagiaan, dan engkau telah mengirimkan kepadaku jubah ini. Rasulullah bersabda kepada umar: juallah jubah ini dan engkau penuhi kebutuhanmu dengannya.” (Hr. Bukhari dan Muslim). Berkata Al-Allamah As Sindi, “ dari hadits ini diketahui berdandan pada hari raya merupakan kebiasaan yang ditetapkan diantara mereka ( Rasulullah dan para shahabat – pen ). Berkata Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad 1/441,” Nabi memakai pakaiannya yang paling bagus untuk keluar ( melaksanakan shalat) pada hari idul fitri dan idul adha.”
KELUAR MENUJU TANAH LAPANG
Dari Abu Said al-Khudri yang berbunyi,”Rasulullah keluar pada dua hari raya ke tanah lapang (mushalla)….” (Hr. Bukhari, Muslim, Nasai dan Baihaqi).
SAAT DAN BACAAN TAKBIR PADA IDUL FITRI DAN IDUL ADHA
Telah pasti hadits dari rasulullah yang berbunyi,” Beliau keluar pada hari Idul Fitri, maka beliau bertakbir hingga tiba di tanah lapang dan hingga ditunaikannya shlalat. Apabila beliau telah menunaikan shalat, beliau menghentikan takbir.” (Hr. Ibnu Abi Syaibah). Berkata Syaikh Al-Albani,” Dalam hadits ini ada dalil dilakukannya takbir dengan suara keras di jalanan menuju tanah lapang… Termasuk yang baik untuk disampaikan pada kesempatan ini adalah bahwa mengeraskan takbir disini tidak disyariatkan berkumpul atas satu suara ( membaca takbir sacara serempak sambil dipimpin oleh seseorang). Sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang.”
Adapun lafadz takbir yang biasa diucapkan oleh para shahabat adalah,”
1. Allahu Akbar Allahu Akbar la ilaha illallah Allahu Akbar wa lillahilhamd. (Hr. Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Mas’ud)
2. Allahu Akbar 3X wa lillahilhamd. Allahu Akbar wa ajallu. Allahu Akbar ‘Ala ma haza. (Hr. baihaqi dari Ibnu Abbas)
3. Kabbarullah Allahu Akbar 3X kabira. (Hr. Abdurrazaq dari Salman Al-Khair)
MENGAMBIL JALAN BERBEDA KETIKA PERGI DAN KEMBALI DARI TANAH LAPANG
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata,” Nabi pada hari raya biasa mengambil jalan yang berlainan (ketika pergi dan ketika kembali dari tanah lapang).” (Hr.Bukhari)
APAKAH ADA SHALAT SUNAT YANG MENGIRINGI SHALAT ID?
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu ia berkata,” Nabi shalat dua rakaat pada hari idul fitri, beliau tidak shalat sebelumnya tidak juga sesudahnya…” (Hr.Bukhari).
WAKTU PELAKSANAAN SHALAT ID
Abdullah bin Busr radhiallahu ‘anhu pernah keluar bersama manusia pada hari Idul fitri dan Idul Adha maka ia mengingkari lambatnya imam dan ia berkata,” sesungguhnya kita telah kehilangan waktu kita ini, dan yang demikian itu tatkala tasbih.” ( lihat kitab Fathul bari). Berkata syaikh Abu Bakar Al-Jazairi,” Waktu shalat Idul Fitri dan Idul Adha adalah dimulainya dengan naiknya matahari setinggi satu tombak sampai tergelincir. Yang paling utama shalat Idul Adha dikerjakan pada awal waktu agar manusia dapat menyembelih hewan-hewan qurban mereka, sedangkan shalat Idhul Fitri diakhirkan agar manusia dapat mengeluarkan zakat Fitri mereka.” (Minhajul Muslim 278)
TATA CARA SHALAT ID
Pertama. Shalat Id tidak dimulai dengan dengan panggilan azan dan iqomah. Ibnu Abbas dan jabir Radhiallahu ‘anhu berkata,” Tidak pernah dikumandangkan azan ( untuk shalat Id) pada hari Idul Fitri dan Idul Adha.” (Hr. Muslim)
Kedua. Sesungguhnya Rasulullah pada Rakaat pertama seperti halnya shalat dimulai dengan takbiratul ikram.selanjutnya bertakbir sebanyak tujuh kali dan rakaat kedua bertakbir sebanyak lima kali.
Ketiga. Tidak shahih dari Nabi mengucapkan suatu zikir-zikir tertentu yang diucapkan diantara takbir-takbir Id. Ibnu Mas’ud berkata, “ Diantara dua takbir diucapkan pujian dan sanjungan kepada Allah Azza wa Jalla.” (Hr. Baihaqi dengan sanad yang jayid (bagus). Berkata Ibnu Qaiyim,” Nabi diam sejenak diantara dua takbir, namun tidak dihapal dari beliau dzikir tertentu yang dibaca diantara takbir tersebut.”
Keempat. Siapa yang luput darinya atau tidak mendapatkan shalat Id berjamaah hendaklah ia shalat dua rakaat (Hr. Bukhari)
KHUTBAH SETELAH SHALAT ID
Termasuk sunnah dalam khutbah id adalah dilakukan setelah shalat. hadits dari Abu Said al-Khudri yang berbunyi,”Rasulullah keluar pada dua hari raya ke mushalla ( tanah lapang ). Pertama kali yang beliau lakukan adalah shalat, kemudian berpaling dan menghadap manusia. Sedangkan manusia duduk di barisan mereka. Lalu beliau memberi nasehat, wasiat dan memberikan perintah kepada mereka…kata Abu Sa’id; dan manusia terus menerus seperti itu.” (Hr. Bukhari, Muslim, Nasai dan Baihaqi). Ibnu Abbas berkata,”Aku menghadiri shalat shalat id bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman. Semua mereka melakukan shalat sebelum khutbah.” (Hr. Bukhari dan Muslim).
BOLEHNYA TIDAK MENDENGARKAN KHUTBAH ID
Menghadiri khutbah tidaklah wajib seperti kita menghadiri shalat, kerena ada riwayat dari Abdullah bin saib. Ia berkata,” Aku menghadiri Id bersama Nabi. Ketika selesai shalat ia berkata: sesungguhnya kami akan berkhutbah, barangsiapa yang ingin tetap duduk untuk mendengarkan maka duduklah dan barang siapa yang hendak pergi maka pergilah.” (Hr. Abu Dawud, Nasai dan Ibnu Majah). Berkata Ibnul Qayyim Al-Jauziyam,” Nabi memberi keringanan bagi yang menghadiri shalat Id untuk duduk mendengarkan khutbah atau pergi.” (Zadul Ma’ad 1/448)
BAGAIMANA JIKA HARI ID BERTEPATAN DENGAN HARI JUM’AT?
Dari Ali radhiallahu ‘anhu, bahwasanya berkumpul dua hari raya dalam satu hari, maka ia berkata,” Siapa yang ingin menghadiri shalat jum’at maka hadirilah dan siapa yang ingin duduk maka duduklah.” (Hr. Abdurrazaq, Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih). Syaikh Utsaimin berkata,” maka kewajiban bagi mukmin apabila tidak menghadiri shalat jum’at adalah melaksanakan shalat zhuhur seperti biasa”
BOLEHNYA MENDENGARKAN REBANA YANG DIMAINKAN OLEH ANAK PEREMPUAN KECIL
Tidak diragukan lagi kalau hukum musik adalah haram menurut ijma’ para ulama dan para ulama mazhab yang empat seperti Imam syafi’I, Imam Malik, Imam Ahmad dan Imam Abu Hanifah. Walaupun pada saat ini penamaan musik telah melakukan mutasi tapi pada hakekatnya tetaplah sama, seperti dinamakan nyanyian dengan Nasyid Islami atau sima’ .
Tapi khusus pada hari raya, Rasulullah memberikan rukhsoh atau keringanan untuk mendengarkan nyayian anak perempuan kecil dengan diiringi rebana. Seperti yang diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata,” Rasulullah masuk menemuiku, sedangkan disisiku ada dua anak perempuan kecil yang sedang bernyanyi dengan nyanyian bua’ats. Lalu beliau berbaring di tempat tidur dan memalingkan wajahnya, masuklah Abu Bakar lalu ia menghardikku dan berkata; Seruling syaithan di sisi Nabi!? Rasulullah kemudian menghadap Abu bakar dan bekata : Biarkan kedua anak Perempuan itu. Ketika beliau tidur, aku memberi isyrat dengan mata kepada dua anak itu maka merekapun keluar. Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda,” Wahai Abu Bakar, setiap kaum memiliki hari raya dan ini adalah hari raya kita.”” (Hr. Bukhari dan Muslim).
UCAPAN SELAMAT PADA HARI ID
Syaikhul Islam IbnuTaimiyah ditanya tentang ucapan selamat pada hari raya, maka beliau menjawab,”Ucapan selamat pada hari raya, dimana sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah Id adalah Taqabbalallahu Minna wa Minkum (Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian).” (Majmu Fatawa 24/253). Berkata Al-Hafidh Ibnu Hajar,” Para shahabat Rasulullah bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya Taqabbalallahu Minna wa Minkum (Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian)…adapun ucapan selamat atau yang semisalnya seperti yang banyak dilakukan manusia, maka ini tidak ada dasarnya. Bahkan termasuk perkara yang disinggung dalam firman Allah; Apakah kalian ingin mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik.” (Fathul Bari 2/446).
Selesai ditulis tanggal
05 November 03 di Padang
Oleh Abu Umar Abdul Aziz
MARAJI’
1. Ahkamu al-‘Idain fi Sunnati Muthaharah oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid – Terjemahan.
2. Shalat al-‘Idain fi al-Mushalla hiya as-sunnah oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani – Terjemahan
3. Awailu as-Syuhuru al-Arobiyah oleh Ahmad Muhammad Syakir – Terjemahan
4. As-ilah wa Ajwibah fii Shalati Al-Idaini oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh al- Utsaimin - Terjemahan
5. Al-Amru bil Ittiba’ wan Nahyu ‘Anil Ibtida’ oleh Imam As-Shuyuti – Terjemahan
6. Al-Ajwibah an Nafi’ah ‘an asilah Lajnah Masjid al Jami’ah wa Yaliiha Ahkamul Jum’ah wa Bid’uha oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani – Terjemahan
7. Risalah Bid’ah oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Minggu, 22 Agustus 2010
BERHARI RAYA BERSAMA RASULULLAH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar