Selasa, 23 November 2010

DIALOG IBNU ABBAS DENGAN KAUM KHAWARIJ

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan sifat-sifat mereka, sebagiannya telah kita sebutkan di atas, diantara sifat mereka adalah:

1. Dangkal pemahamannya.

Telah kita sebutkan di atas, bahwa kaum khawarij suka membawa dalil dari Al Qur’an dan hadits, namun difahami dengan pemahaman sendiri, tidak sesuai dengan apa yang difahami oleh para ulama salafusshalih, walaupun mereka membawakan perkataan ulama, mereka bawakan yang sesuai dengan keinginan mereka saja, atau mengeditnya sedemikian rupa agar terlihat cocok dengan selera mereka sehingga mengelabui orang-orang awam. Tujuan mereka adalah agar pengkafiran mereka kepada kaum muslimin menjadi suatu perkara yang dianggap pasti dan meyakinkan, padahal ia hanyalah berdasarkan dugaan dan sangkaan belaka.

Diantara contoh kedangkalan pemahaman mereka adalah sebuah kisah dialog ibnu Abbas dengan kaum khawarij, dikeluarkan oleh Al Hakim dalam Mustadraknya (2/164 no 2656) dengan sanad yang shahih sesuai dengan syarat Muslim, ibnu Abbas berkata:

Ketika kaum Haruriyah (Khawarij) keluar dan berkumpul di suatu tempat, jumlah mereka sekitar enam ribu. Aku mendatangi Ali seraya berkata: “Wahai Amirul Mukminin, akhirkanlah shalat dzuhur, barangkali aku dapat berbicara dengan mereka”. Ali berkata: “Aku mengkhawatirkan keselamatanmu”. Aku berkata: “Tidak perlu khawatir”. Aku pun pergi menemui mereka dan aku memakai pakaian Yaman yang paling bagus kemudian aku mengucapkan salam kepada mereka.

Mereka berkata: “Selamat datang wahai ibnu Abbas, pakaian apa yang engkau pakai?!! Aku menjawab: “Apa yang kalian cerca dariku, padahal aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memakai pakaian yang paling bagus, dan telah turun ayat:

“Katakan (Muhammad), siapakah yang berani mengharamkan perhiasan dari Allah dan rizki yang baik yang Allah keluarkan untuk hamba-hambaNya ?” (Al A’raaf: 32).

Mereka berkata: “Lalu ada apa engkau datang kemari ?”

Aku menjawab: “Aku mendatangi kamu dari sisi para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari kalangan Muhajirin dan Anshar untuk menyampaikan apa yang mereka katakan dan apa yang mereka kabarkan, kepada mereka Al Qur’an diturunkan, dan merekalah yang paling memahaminya, dan tidak ada diantara kalian yang menjadi shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”.

Sebagian mereka berkata: “Jangan berdialog dengan kaum Quraisy, karena Allah Ta’ala berfirman:

“Tetapi mereka adalah kaum yang suka bertengkar”. (Al Ahqaf: 58).[6]

Ibnu Abbas berkata: “Aku belum pernah melihat suatu kaum yang sangat bersungguh-sungguh beribadah dari mereka, wajah-wajahnya pucat karena begadang malam (untuk shalat), dan tangan serta lutut mereka menjadi hitam (kapalan)”.

Sebagian mereka berkata: “Demi Allah, kami akan berbicara dengannya dan mendengarkan apa yang ia katakan”.

Ibnu Abbas berkata: “Kabarkan kepadaku, apa alasan kalian memerangi anak paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (Ali bin Abi Thalib), serta kaum Muhajirin dan Anshar?”

Mereka berkata: “Tiga perkara”.

Ibnu Abbas berkata: “Apa itu?”

Mereka berkata: “Ia telah berhukum kepada manusia dalam urusan Allah[7], padahal Allah berfirman:

“Sesungguhnya hukum itu hanyalah milik Allah”. (Al An’am: 57).

Ibnu Abbas berkata: “Ini yang pertama”.

Mereka berkata: “Ia telah memerangi[8] namun tidak menawan tidak juga mengambil ghanimah (harta rampasan perang), jika yang ia perangi itu orang-orang kafir, maka mereka halal ditawan dan dirampas hartanya. Dan jika yang ia perangi adalah kaum mukminin, maka tidak halal memerangi mereka”.

Ibnu Abbas berkata: “Ini yang kedua, lalu apa yang ketiga?”

Mereka berkata: “Ia telah menghapus nama amirul mukiminin dari dirinya, jika dia bukan amirul mukminin berarti ia adalah amirul kafirin”.

Ibnu Abbas berkata: “Apa ada alasan lain?”

Mereka berkata: “Cukup itu saja”.

Ibnu Abbas berkata: “Bagaimana pendapat kalian, jika aku membacakan kitabullah dan sunnah Nabi-Nya yang dapat meluruskan pemahaman kalian, apakah kalian ridla?”

Mereka berkata: “Ya”.

Ibnu Abbas berkata: “Adapun perkataan kalian bahwa Ali berhukum kepada manusia dalam urusan Allah, bukankah Allah menyuruh mengembalikan kepada hukum manusia dalam seperdelapan seperempat dirham, tentang masalah kelinci dan hewan buruan lainnya?” Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh hewan buruan dalam keadaan berihram. Barang siapa yang membunuhnya diantara kamu secara sengaja, maka dendanya adalah mengantinya dengan hewan yang seimbang dengannya, menurut putusan hukum dua orang yang adil diantara kamu..”. (Al Maidah: 95).

Maka saya bertanya kepada kalian dengan nama Allah, apakah hukum manusia untuk kelinci dan binatang buruan lainnya lebih utama, ataukah hukum manusia untuk menjaga darah dan perdamaian diantara mereka?”

Dalam ayat lain, Allah menyuruh mengembalikan hukum kepada manusia mengenai pertikaian suami istri, Allah berfirman:

ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎﮏ

“Dan bila kamu mengkhawatirkan perceraian antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam (orang yang akan menghukumi) dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga wanita. Jika kedua orang hakam ini bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu”. (An Nisaa: 35).

Allah menjadikan manusia sebagai hukum yang dipercaya. Apakah aku telah selesai menjawab alasan pertama ini?

Mereka berkata: “Ya”.

Ibnu Abbas berkata: “Adapun perkataan kalian bahwa Ali memerangi namun tidak menawan dan tidak mengambil ghanimah, apakah kamu mau menawan ibumu Aisyah kemudian halal disetubuhi sebagaimana tawanan lainnya?? Jika kamu melakukan itu, maka kamu telah kafir. Dan jika kamu berkata bahwa Aisyah bukan ibu kita (kaum muslimin), maka kamupun telah kafir, jadi kamu berada diantara dua kesesatan, mana saja yang kamu pilih, maka kamu tetap sesat”.

Maka sebagian mereka melihat kepada sebagian lainnya. Lalu aku berkata: ” Apakah aku telah selesai menjawab alasan ini?

Mereka menjawab: “Ya”.

Ibnu Abbas berkata: “Adapun perkataan kalian bahwa Ali menghapus nama amirul muminin darinya, maka aku akan bawakan apa yang kalian ridlai. Bukankah kalian telah mendengar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari perdamaian Hudaibiyah, menulis surat kepada Suhail bin Amru dan Abu Sufyan bin Harb, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Tulislah hai Ali: “Ini adalah isi perdamaian yang dinyatakan oleh Muhammad Rasulullah”.

Namun kaum Musyrikin berkata: “Tidak! Demi Allah kami tidak meyakinimu sebagai rasulullah, jika kami meyakinimu sebagai rasulullah, tentu kami tidak akan memerangimu”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ya Allah, Engkau yang mengetahui bahwa aku adalah rasul-Mu, tulislah hai Ali: ” Ini adalah isi perdamaian yang dinyatakan oleh Muhammad bin Abdillah”.

Demi Allah, bukankah Rasulullah lebih baik dari Ali ketika menghapus nama rasul darinya?” ibnu Abbas berkata: “Maka bertaubatlah sekitar dua ribu orang diantara mereka, dan sisanya terbunuh di atas kesesatan”.



2. Keras dan kasar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyifati kaum khawarij bahwa mereka adalah kaum yang kasar lagi keras perangainya, beliau bersabda:

سَيَخْرُجُ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ أَشِدَّاءُ أَحِدَّاءُ ذَلِقَةٌ أَلْسِنَتُهُمْ بِالْقُرْآنِ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ أَلَا فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ ثُمَّ إِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ فَالْمَأْجُورُ قَاتِلُهُمْ

“Akan keluar dari umatku beberapa kaum yang keras lagi kasar, lisan-lisan mereka fasih membaca Al Qur’an, namun tidak sampai ke tenggorokan mereka”. (HR Ahmad dan lainnya).[9]



3. Tidak menghormati ulama kibar.

Pendahulu mereka tidak menghormati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan menganggap Rasulullah tidak berbuat adil, Abu Sa’id Al Khudri berkata:

بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ ذَاتَ يَوْمٍ قِسْمًا فَقَالَ ذُو الْخُوَيْصِرَةِ رَجُلٌ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ اعْدِلْ قَالَ وَيْلَكَ مَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ فَقَالَ عُمَرُ ائْذَنْ لِي فَلْأَضْرِبْ عُنُقَهُ قَالَ لَا إِنَّ لَهُ أَصْحَابًا يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلَاتَهُ مَعَ صَلَاتِهِمْ وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمُرُوقِ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membagi-bagikan harta (dari Yaman), Dzul Khuwaishirah seorang laki-laki dari bani Tamim berkata: “Wahai Rasulullah berbuat adillah! Beliau bersabda: “Celaka kamu, siapa yang dapat berbuat adil jika aku tidak berbuat adil”. Umar berkata: “Idzinkan saya menebas lehernya”. Beliau bersabda: “Jangan, sesungguhnya dia akan mempunyai teman-teman yang shalat dan puasa kalian sepele dibandingan dengan shalat dan puasa mereka, mereka lepas dari islam seperti lepasnya anak panak dari buruannya”. (HR Bukhari).

Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, di zaman Ali bin Abi Thalib kaum khawarij muncul, dan mereka tidak menghormati para ulama shahabat seperti ibnu Abbas dan shahabat-shahabat lainnya, sebagaimana dalam kisah dialog ibnu Abbas dengan khawarij yang telah disebutkan di atas. Sifat ini kita lihat tidak jauh berbeda dengan kaum khawarij di zaman ini yang melecehkan para ulama besar seperti Syaikh Bin Baz, Syaikh Al Bani, Syaikh ‘Utsaimin dan ulama lainnya, dan meledeknya sebagai ulama penjilat atau ulama yang tidah faham realita dan ejekan-ejekan lainnya. Allahul musta’an.



4. Mudah mengkafirkan pelaku dosa besar terutama negara islam yang tidak berhukum dengan hukum Allah.

Di zaman Ali bin Abi Thalib dahulu, mereka mengkafirkan Ali bin Abi Thalib dan kaum muslimin yang tidak setuju dengan pendapat mereka, dengan alasan bahwa Ali berhukum kepada manusia, sedangkan hukum itu milik Allah sebagaimana dalam kisah ibnu Abbas yang lalu, mereka berdalil dengan ayat:

“Dan barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan, mereka adalah orang-orang yang kafir”. (Al Maidah: 44).



http://back2sunnah.wordpress.com/2010/08/01/yang-dikhawatirkan-oleh-nabi-shallallahu-alaihi-wasallam-untuk-menimpa-umatnya-3/

Artikel Terkait



1 komentar:

Zaini Abdul Ghofur mengatakan...

Bagaimana dengan HT yg bisa menggunakan dalil ini"“Dan barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan, mereka adalah orang-orang yang kafir”. (Al Maidah: 44)."

Mohon pencerahan

Posting Komentar